SejarahTarekat: Pertumbuhan dan Penyebaran di Dunia Islam (UUM Press) Mohd Faizal Harun 2018-01-01 Buku ini merupakan sebuah karya yang membicarakan sejarah tarekat dunia Islam. Lantaran itu, karya ini sesuai dibaca oleh khalayak umum yang ingin mengetahui persoalan tarekat dan lingkungan yang melingkarinya. Perbahasan yang dituangkan Home Lainnya ajaran yang dianut dan tidak sesuai dengan syariat agama islam oleh para salik. Kiai Mustaqim sebagai guru atau mursyid tarekat selalu menekankan kepada murid murid bahwasanya tujuan dari bertarekat tiada lain adalah bertaqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah SWT saja. Kalimat seperti Laa maqshuda ilallah, laa ma’buda ilallah, laa maujuda ilallah tiada yang dituju selain Allah, tiada yang disembah selain Allah, tiada yang wujud selain Allah selalau beliau hujamkan ke kalbu murid-murid dalam amalan-amalan pondok PETA selalu di awali dengan lillahi ta’ala al fatihah, hal tersebut dilakukan bahwanya mengerjakan amalan-amalan dari pondok PETA hanya bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan bukan untuk mendapatkan kesaktian apalagi kekayaan. Dan dalam berdoa sebagai penutup wirid pun beliau mengajarkan agar memperbarui sekaligus menegaskan ikrar di awal menjalankan wirid atau dengan bahasa lain, Ilahiy anta maqshudi wa ridloka mathlubi a’thini mahabbataka wa ma’rifatak wahai Tuhanku, Engkaulah Dzat yang aku tuju, dan ridlo-Mu lah yang sangat aku harapkan, sudilah kiranya Engkau memberikan kepadaku rasa cinta kepada-Mu dan sifat ma’rifat kepada-Mu. Meskipun demikian beliau juga memberikan toleransi bagi murid-murid yang belum mampu menjalankan amalan-amalan dari pondok PETA, karena kemampuan setiap murid tidaklah sama. Kiai Mustaqim sendiri pada mulanya hanya mengajarkan amalan hizib, khususnya hizib Bahr, setelah pengamalan hizib sudah berjalan dengan istiqomah, beliau mulai mengajarkan ajaran tarekat yang beliau amalkan setiap harinya kepada para yang beliau ajarkan pertama kali adalah tarekat Qadiriyah wan Naqsabandiyah dan tarekat Qadiriyah. kiai Mustaqim sendiri mendapat ijazah kedua tarekat tersebut dari kiai Khudlori bin Hasan Malangbong, Garut, Jawa Barat sejak sekitar tahun 1925 M. Sampai saat ini tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyah dan Qadiriyah masih di amalkan dipondok PETA selain tarekat Syadziliyah. 2. Menerima ijazah Tarekat Syadziliyah Pada masa penjajahan Belanda tahun 1936 kiai Mustaqim memiliki murid muda yang rajin riyadloh dan gemar melakukan pengembaraan yang bernama Asfaha, ketika melakukan pengembaraan pemuda Asfaham sampai di pondok Tremas Pacitan, disana pemuda Asfaham mengalami jadzab dengan berbicara tidak karuan serta menantang para santri dan ustadz untuk berdebat. Dari peristiwa tersebut ada seseorang yang diam-diam mengamati tingkah laku pemuda Asfaham, orang tersebut bernama Raden Abdul Razak bin Abdullah al Tarmasi yang lebih dikenal dengan nama Den Dur yang juga mursyid tarekat Syadziliyah. Beliau kagum dengan ucapan-ucapan Asfaham yang ngelantur, tetapi menyadari bahwa yang diucapkanya adalah ilmu yang benar, beliau juga kagum dengan kejernihan hati pemuda Asfaham sadar Den Dur memanggil dan mengajaknya bicara kemudian bertanya siapakah gurunya, lalu Asfaham mengaku bahwa gurunya adalah kiai Mustaqim dari pondok Kauman Tulungagung. Dari perbincangan dengan Asfaham membuat Den Dur terdorong untuk menemui kiai Mustaqim, selang beberapa hari kemudian Den Dur mengendarai kuda dari Pacitan menuju Tulungagung, setelah sampai di hadapan kiai Mustaqim di pondok Kauman beliau memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud tujuannya hanya semata-mata untuk berguru kepada kiai Mustaqim. Mendengar penuturan Den Dur, kiai Mustaqim langsung menjawab, “ mohon maaf Kiai, saya sudah lama mendengar nama besar Kiai, saya sebenarnya sudah punya rencana untuk menghadap Kiai di Tremas, saya ingin menjadi murid Kiai. Dan saya mohon maaf, karena ternyata kalah duluan untuk menghadap Kiai ke Tremas.” Mendengar jawaban kiai Mustaqim, Den Dur kemudian menimpali, “ tidak Kiai, saya jauh-jauh datang kesini sengaja un tuk berguru kepada Kiai.” Kiai Mustaqim yang mendengar menolak permintaan Den Dur kembali menolak dan tetap meminta untuk menjadi murid seterusnya, terjadai berulang-ulang antara kiai Mustaqim dan Den Dur berebut menjadi murid, sampai kemudian kedua kiai saling tertunduk dan pada akhirnya kiai Mustaqim menerima terlebih dahulu menjadi guru bagi Den Dur, hal tersebut beliau lakukan semata-mata sebagai penghormatan kepada tamu dan rasa ta’dhim kiai Mustaqim terhadap keluhuran derajat Den Dur. Kemudian kiai Mustaqim memberikan ijazah sebuah aurod kepada Den Dur, ada tiga pendapat yang menyatakan ijazah yang diberikan kiai Mustaqim kepada Den pertama mengatakan bahwa aurod itu adalah khizib Autad Kaafi, pendapat kedua aurod itu adalah Asma’ Baladiyah, pendapat yang ketiga mengatakan bahwa aurod itu adalah Bismillahi laa yadhurru ilaa akhirihi dan al Ghoniyyul Maani’u ilaa akhirihi yang dibaca dalam jumlah Den Dur mendapat penjelasan dari kiai Mustaqim tentang tatacara mengamalkan aurod tersebut beliu undur diri, setelah berpamitan beliau berkunjung ke kerabatnya yang ada di Kedungwaru Tulungagung, tidak jauh dari kediaman kiai Mustaqim. Pada malam harinya, Den Dur mengamalkan aurod di musholla yang terletak di halaman rumah kerabat Den Dur, ditengah-tengah mengamalkan aurod merasa tubuhnya terangkat setinggi-tingginya ke paginya beliau menghadap kiai Mustaqim dan menceritakan kejadian tersebut. Pada waktu itu pula kiai Mustaqim meminta Den Dur menjadi guru beliau, dengan tersenyum Den Dur kemudian mengambil sebuah buku yang berisi wirid-wirid Den Dur, kemudian beliau meminta kiai Mustaqim memilih sendiri wirid mana yang dikehendaki. Setelah menerima buku itu kiai Mustaqim tidak langsung membukanya, beliau terdiam sejenak lalu dengan mengucap Bismillah membuka halaman buku secara acak, tanpa beliau baca apa isi halaman yang dibuka, dalam keadaan terbuka buku itu lalu diberikan kembali kepada Den Dur sambil berkata, “ ini Kiai....”. Den Dur lalu mengamati isi catatan pada buku yang dibuka, kemudian menjelaskan kepada kiai Mustaqim bahwa yang dibuka itu adalah aurod tarekat Syadziliyah, setelah itu terjadi prosesi pengijazahan sekaligus pembaiatan tarekat Syadziliyah dari Den Dur kepada kiai saat itu pula Den Dur berpesan kepada kiai Mustaqim agar beliau mengembangkan tarekat Syadziliyah di beberapa tahun berikutnya Den Dur juga memberi ijazah kepada kiai Mustaqim beberapa wirid atau khizib. Terutama yang diambil dari khazanah tarekat Syadziliyah, antara lain khizib Bahr, khizib Barr, khizib Nashor, khizib Khujub, khizib Khafidhoh, dan shalawat Nuuruz Zati. Amanat Den Dur kepada kiai Mustaqim itulah yang dikemudian hari diantara tiga tarekat yang di kembangkan di pondok PETA tarekat Syadziliyah banyak dikembangkan. 6 Kiai Mustaqim wafat sekitar pukul WIB, hari Ahad Kliwon malam Senin Legi, tanggal 8 Maret 1970 dan kedudukan beliau digantikan oleh putranya yaitu kiai Abdul Djalil bin Mustaqim. Kalau pada masa kiai Mustaqim dikenal dengan masa pendirian babat alas sedangkan pada masa kepemimpinan kiai Abdul Djalil sendiri lebih dikenal dengan masa pengembangan pondok PETA. Perkembangan itu dapat dilihat dari segi bertambahnya murid dari berbagai kalangan dari berbagai akhir masa kepememimpinan kiai Abdul djalil juga mulai dibentuk ketua atau lebih dikenal dengan sebutan ketua kelompok dari masing-masing dibentuknya ketua kelompok dari masing-masing daerah, karena jamaah tarekat pondok PETA sendiri tidak hanya berasal dari daerah di Tulungagung ataupun daerah yang berada di wilayah Jawa Timur ketua kelompok dari berbagai daerah tersebut diangkat dari jamaah atau murid yang sudah dianggap mampu mengemban tanggung jawab yang diberikan oleh Mursyid itu sendiri. 6 Purnawan Buchori, Perjalanan Sang Pendekar, Tulungagung pondok PETA, 2016, h. 40 -45 Pada masa mursyid kiai Abdul Djalil meskipun sudah di bentuk ketua untuk masing-masing daerah, tapi belum tertata masa itu pendataan jumlah jamaah belum teratur, ada ketua kelompok yang melakukan pendatan ada pula yang belum melakukan itu pada masa itu jumlah jamaah tarekat pun masih belum diberi peraturan berapa banyak jamaah yang dimiliki masing-masing ketua bertambahnya jamaah tarekat dan dibentuknya ketua untuk masing-masing kelompok yang tersebar di berbagai daerah di masa kiai Abdul Djalil pembangunan fisik pondok PETA mulai dilakukan, seperti perluasan musolla dan pembangunan pondok untuk jamaah yang sedang melalukan suluk dan para santri yang mengabdi di pondok PETA. Memasuki kepemimpinan kiai Charir Solahudin lebih dikenal denga masa penataan, adapun penataan yang dilakukan mulai dari pendaatan jamaah, pendataan titik kelompok, dan diresmikannya yayasan pondok PETA dan didirikannya sebuah lembaga untuk penataan murid-murid pondok PETA yaitu Sultan Agung 78. Penataan melalui pendataan tersebut ditugaskan kepada ketua kelompok di daerah dari masing-masing, dengan ketentuan setiap ketua kelompok dari suatu daerah memiliki minimal 25 jamaah yang melakukan pendataan anggota jamaah, pihak pondok juga melakukkan pendataan untuk ketua kompok dan imam khususiyah adapun yang menentukan seseorang itu menjadi seorang ketuakelompok atau imam khusiyah adalah mursyid sendiri. Ketua kelompok dan imam khususiyah adalah murid pondok PETA yang sudah baiat Syadziliyah dan Qodiriyah, tugas sebagai ketua kelompok sendiri tidaklah mudah,karena seorang ketua kelompok haruslah benar-benar berusaha menjaga keistiqomahan setiap jamaah tarekat yang berada dibawah pengawasannya dan setiap kelompok juga harus memiliki hari khusus dalam seminggu untuk berkumpul melakukan amalan tarekat secara berjamaah. Selain melakukan kegiatan-kegiatan tersebut para jamaah tarekat juga dianjurkan mengikuti kegiatan berjamaah bersama di pondok PETA setiap hari Jumat Kliwon atau selapan sekali yang lebih dikenal dengan istilah Kliwonan. 3. Biografi Pendiri Dan Mursyid Pondok Pesulukan Tarekat Agung PETA a Biografi Kiai Mustaqim bin Husain Kiai Mustaqim dilahirkan di desa Kepatihan, kecamatan Tulungagung, kabupaten Tulungagung pada tahun 1901 1319 H. dan ayah beliau bernama Husain bin Abdul Djalil sedangkan ibu beliau bernama Nyai Mursini. Sejak usia 12 tahun Mustaqim kecil dititipkan kepada kiai Zarkasyi di Dusun Kauman Tulungagung untuk mendapatkan pendidikan agama. Di kediaman kiai Zarkasyi ini beliau mendapatkan berbagai ilmu agama seperti ilmu al Quran, hadits, fiqh, akhlaq, tauhid, dan lain-lain. Di situ Mustaqim kecil tidak hanya tholabul ilmi saja, tetapi beliau juga ngawulo kepada keluarga kiai Zarkasyi, disamping beliau juga ditugasi untuk memelihara kebersihan musolla milik kiai Zarkasyi. Diusia yang masih relatif kecil kiai Mustaqim sudah dikaruniai oleh Allah hati yang terbiasa berucap dzikir, yaitu hati beliau tanpa adanya ikhtiar selalu berbunyi dan menyebut ismu Dzat Allah. Pada tahun 1916 atau pada waktu kiai Mustaqim berumur 15 tahun beliau diantar paman tiri beliau yang bernama kiai Muhammad Sholeh ke Malangbong Garut Jawa Barat untuk berguru tentang ilmu ruhani kepada ajengan Khudlori yang juga masih kerabat atau paman beliau. Di Malangbong ini kiai Mustaqim menerima ijazah dan talqin tarekat Qodiriyah wan Naqshabandiyah dan tarekat Naqshabadiyah dari ajengan Khudlori, selain itu beliau juga menerima ijazah khizib seperti khizib Autad Kafi, khizib Yamarobil, khizib Salamah, khizib Mubarok, Asma’ Baladiyah, Asma’ Jaljalut, dan lain-lain. Sepulang beliau dari Malangbong Garut beliau kembali ngawulo atau khidmah dan mengaji kepada kiai Zarkasyi, dan ketika umur beliu 23 tahun beliau oleh kiai Zarkasyi dinikahkan dengan putri haji Rois yang bernama Nyai Halaimah Sa’diyah. Selayaknya seorang suami dan kepala rumah tanggah, kiai Mustaqim menghidupi keluarganya dengan bekerja beliau pernah berjualan daun pisang, pencari rumput, pencukur rambut dan sebagai tukang sol sepatu. Kiai Mustaqim mendapat ijazah tarekat Syadzilyah dari kiai Raden Abdul Razaq Tremas Pacitan, beliau adalah adik kandung dari kiai Dimyati pengasuh pondok Tremas antara kiai Mustaqim dan kiai Abdul Razaq adalah guru sekaligus murid, hal tersebut dikarenakan kiai Abdul Razaq mendapat ijazah dari kiai bentuk ijazah yang diterima kiai Abdul Razaq dari kiai Mustaqim ada tiga pendapat, pendapat pertama adalah ijazah khizib Aut ad Kafi, pendapat kedua ijazah Asma’ Baladiyah sedangkan pendapat yang ketiga adalah ijazah Bismillahi laa yadhurru ilaa akhirihi dan al Ghoniyyul Maani’u ilaa akhirihi yang dibaca dalam jumlah kiai Mustaqim mendapat ijazah dari kiai Abdul Razaq berupa tarekat Syadziliyah dan sekaligus beliau berpesan untuk mengembangkan dan mensyiarkan tarekat karena amanat kiai Abdul Razaq inilah diantara tiga tarekat yang dianjurkan di pondok PETA, tarekat Syadziliyah merupakan tarekat yang lebih banyak diajarkan kepada murid-murid pondok sampai sekarang pondok PETA lebih dikenal sebagai pondok tarekat Syadzililiyah dibanding dengan kedua tarekat lainya. Selain mendapat ijazah tarekat Syadziliyah dari kiai Abdul Razaq, beliau juga menerima ijazah beberapa khizib terutama yang diambil dari khazanah ajaran tarekat Syadziliyah antara lain khizib Bahr, khizib Nashr, khizib Barr, khizib Khujub, khizib Khafidhah dan shalawat Nuuruz Zati. b Biografi Kiai Abdul Djalil bin Mustaqim Kiai Abdul Djalil bin Mustaqim lahir pada tanggal 20 Juni tahun 1943 M, di Tulungagung Jawa Timur, kiai Abdul Djalil bin Mustaqim lahir dari tujuh bersaudara, dan merupakan putra keenam dari kiai Mustaqim bin Husain. Abdul Djalil kecil tumbuh di lingkungan pondok PETA dengan beberapa saudaranya, dengan aktifitas selayaknya anak kecil pada umumnya seperti sekolah dan mengaji didekat rumah. Ketika berumur 9 tahun Abdul Djalil kecil mulai menimbah ilmu di pesantren Al-Falah di desa Ploso kecamatan Mojo kabupaten Kediri,beliau tinggal di pesantren Al Falah selama satu tahun. Kemudian pindah ke pondok Mojosari Loceret yang berada di kabupaten Nganjuk, beliau berada di pondok Loceret dari tahun 1960 sampai tahun 1971. Selama beliau masih di pondok Mojosari ini beliau sudah di tugasi ayahanda beliau yaitu kiai Mustaqim untuk membaiat para murid yang ingin baiat tarekat Syadziliyah, jadi jauh hari sebelum kiai Mustaqim wafat kiai Abdul Djalil sudah ditetapkan sebagai mursyid oleh kiai Mustaqim. Kiai Abdul Djalil wafat diusianya yang ke 63 tahun pada tahun 2005. Sebelum beliau wafat tongkat kemursyidan sudh beliau serahkan kepada putra beliau kiai Charir Solahuddin bin Abdul Djalil Mustaqim. c Biografi Kiai Charir Shalachudin bin Abdul Djalil Mustaqim Kiai Charir Solahuddin bin Abdul Djalil Mustaqim yang akrab disapa dengan gus Saladin, lahir pada 30 April 1978. Gus Saladin merupakan putra ketiga kiai Abdul Djalil, ketika beliau berusia lima tahun sudah mulai menuntut ilmu di pondok Sedayu, dan pada waktu usia beliau menginjak delapan tahun beliau pindah ke Tambak Beras Jombang. Pada masa gus Saladin ini pondok PETA melakukan penataan- penataan dalam berbagai lini seperti dibidang ekonomi dengan mendirikan koperasi simpan pinjam, di bidang pendidikan dengan mendirikan pusat kegiatan belajar masayarakat atau PKBM, dan masih banyak lainya. 4. Rantai Silsilah Tarekat Syadziliyah Di Pondok PETA Adapun rantai silsilah tarekat Syadziliyah di pondok pesulukan tarekat agung PETA Tulungagung adalah sebegai berikut 7 a Syekh Charir Sholahuddin bin Abdul Djalil Mustaqim dari ayahanda beliau, b Syekh abdul Djalil bin Mustaqim dari ayahanda beliau, c Syekh Mustaqim bin Husain dari, d Syekh Abdur Rozaq bin Abdillah at Turmusi dari e Syekh Ahmad, Ngadirejo, Solo dari, f Syekh Ahmad Nahrowi Muhtarom al Jawi Tsummal Makky dari, g Syekh Muhammad Sholih al Mufti al Hanafi al Makky dari, h Syekh Muhammad „Ali bin Thohir al Watri al Hanafi al Madani dari, i Syekh al „Allamah asy Syihab Ahmad Minnatulloh al „Adawi asy Syabasi al Azhary al Mishry al Maliky dari, j Syekh Yusuf al „Arif Billah Muhammad al Bahiti dari, k Syekh Yusuf asy Syabasi adh Dhoriri dari, l Syekh Muhammad ibnul Qosim al Iskandary al Ma’ruf ibnus Shobagh dari, 7 Purnawan Buchori, Manaqib Sang Quthub Agung, Tulungagung Pondok PETA, 2007, h. 88 - 90 m Syekh al’Allamah Sayyid Muhammad bin Abdul Baqi’ az Zurqoni al Maliky dari, n Syekh an Nur „Ali bin Abdurrohman al Ajhuri al Mishry al Maliky dari, o Syekh al „Allamah Nuruddin „Ali bin Abi Bakri al Qorofi dari, p Syekh al Hafidh al Burhan Jamaluddin Ibrohim bin Ali bin Ahmad al Qurosyi asy Syafi’i al Qolqosyandi dari, q Syekh al „Allamah asy Syihab Taqiyyuddin Abil Abbas Ahmad bin Muhammad bin Abu Bakar al Muqdisi asy Syahir bil Wasithi dari, r Syekh al „Allamah Shodruddin Abil Fatkhi Muhammad bin Muhammad bin Ibrohim al Maidumi al Bakry al Mishry dari, s Syekh al Quthubuz Zaman Sayyid Abul Abbas Ahmad bin „Umar al Anshori al Mursi dari, t Quthbul Muhaqqiqin Sulthonil Auliya’is Sayyidinasy Syekh Abil Hasan Ali asy Syadzily. B. Lembaga Dibawah Naungan Pondok PETA 1. Sultan Agung 78 Pondok Pesulukan Thoriqah Agung PETA memiliki pengikut yang sangat banyak yang tersebar di seluruh Indonesia, sebagaimana diungkapkan gus Faris selaku ketua Sultan Agung 78 bahwa “Murid pondok PETA itu banyak sekali, hal tersebut bisa terlihat pada waktu haul yang diadakan pondok PETA setiap Ahad pertama bulan Muharam, akan tetapi yang sudah mendaftarkan diri berjumlah jamaah saja, hal tersebut dikarenakan Sultan Agung 78 sebagai lembaga yang bertugas mendata jamaah masih tergolong baru ” 8 Dalam rangka memberdayakan dan mengoptimalkan kegiatan-kegiatan ketarekatan para pengikutnya pondok PETA mendirikan dua lembaga yaitu, Sultan Agung 78 dan Sultan Fattah. Sultan Agung bertindak sebagai sekretaris pondok PETA yang tugas utamanya adalah mendata keseluruhan pengikut dan jamaah pondok PETA yang tersebar di berbagai daerah yang terbentuk dalam data base. Sultan Fattah yang tugas utamanya adalah mendampingi jamaah pondok PETA mengenai ketarekatan mulai dari tatacara dan aurad calon murid sebelum mengikuti baiat hingga setelah murid di bait oleh Mursyid. Sultan Agung 78 memiliki beberapa lembaga dibawahnya, yaitu; 9 a Shafir Sultan Agung Shafir Sultan Agung adalah lembaga pemberdayaan jamaah dalam bidang ekonomi. b Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM PKBM adalah lembaga pemberdayaan jamaah dalam bidang pendidikan. c Sultan Panjalu Sakanegara Sultan Panjalu Sakanegara adalah lembaga yang mengkoordinir antar lembaga di bawah naungan Sultan Agung 78 8 Gus Faris Ketua SA 78 pusat, Wawancara, Tulungagung, 1 Februari 2017 9 Agung Pengurus SA 78 Blitar, Wawancara, Tulungagung, 3 Februari 2017 d Koperasi Simpan Pinjam KSP PETA KSP adalah lembaga pemberdayaan jamaah dalam bidang simpan pinjam e Panjalu Epic Panjalu Epic adalah lembaga pemberdayaan jamaah dalam bidang ibadah haji dan umroh Pengikut tarekat Syadziliyah pondok PETA yang sudah terdaftar di Sultan Agung 78 sampai bulan April 2017 berjumlah anggota jamaah. Sedangkan untuk kabupaten kota Blitar sebesar 2500 anggota jamaah. “Anggota jamaah pondok PETA di Blitar yang sudah mendaftarkan diri di Sultan Agung 78 masih 2500 tetapi sebenarnya jumlah orang-orang Syadziliyah di Blitar sangat lebih dari itu” 10 Sultan Agung 78 tidak hanya mencatat jumlah anggota jamaah pondok PETA saja tetapi juga pekerjaan, luas tanah, golongan darah dan sebagainya yang akan digunakan untuk memetakan potensi jamaah pondok PETA di berbagai daerah. Data yang diperoleh Sultan Agung 78 dari berbagai daeran berbentuk database. Hal tersebut tidak hanya berlaku dalam wilayah atau kabupaten tertentu saja akan tetapi database atau kumpulan data tersebut berisi anggota jamaah pondok PETA untuk seluruh Indonesia. Sehingga dalam database tersebut dapat dilihat berapa anggota jamaah pondok PETA dalam suatu wilayah tertentu. Dari situ dapat disimpulkan bahwasanya seluruh anggota jamaah pondok PETA harus sudah terdaftar dalam Sultan Agung 78. 11 Program-program yang sudah ada belum sepenuhnya bisa dilaksanakan hingga tingkat kelompok di Blitar, hal tersebut diungkapkan Syamsuddin selaku ketua kelompok kecamatan Kanigoro “Belum semua program dari pondok PETA bisa dijalankan di Blitar, program-program yang sekiranya anggota jamaahnya sudah siap saja yang bisa dijalankan, seperti program kejar paket A, B dan C yang sudah diprogramkan maka kami masih dalam tahap mengumpulkan data jamaah tentang anggota jamaah yang ingin mengikuti program tersebut ” 12 Hal tersebut juga hampir sama di kecamatan Garum sebagaimana diungkapkan Adi Winanto selaku pengurus Sultan Agung 78 di Garum 10 M. Suhaimi Sekretaris SA 78 Blitar, Wawancara, Blitar 7 Februari 2017 11 Gus Faris Ketua SA 78, Wawancara, Tulungagung, 1 Februari 2017 12 Syamsuddin Ketua Kelompok Kanigoro, Wawancara, Blitar, 26 Juli 2017 “Selaku pengurus di Garum kita juga masih belajar untuk merealisasikan program-program dari pusat, kita berusaha mensosialisasikan setiap program jamaah setiap kali ada kesempatan, akan tetapi masih belum semua program dari pondok PETA bisa semua bisa dilaksanakan ” 13 Sultan Agung 78 selain bertindak sebagai sekretaris pondok PETA dalam mendata anggota jamaah juga bertugas untuk memberdayakan anggota jamaah pondok PETA baik dalam bidang pendidikan dan ekonomi. Sultan Agung 78 didirikan pada tahun 2011 oleh Sholahuddin selaku mursyid tarekat Syadziliyah di pondok PETA saat ini sekaligus merupakan penerus generasi ketiga pondok PETA. Periode KH. Charir Sholahuddin ini lebih dikenal dengan periode penataan jamaah, periode Djalil lebih dikenal dengan periode pengembangan jamaah dan periode dikenal dengan periode babat alas. Sultan Agung 78 mempunyai visi membangun dan memperkuat masyarakat agar mengerti akan hak dan kewajibanya terhadap sesama maupun Tuhannya, berjiwa mandiri, toleran dan profesional menuju capaian kemaslahatan yang Agung; rahmatan lil alamin. Misi Sultan Agung 78 14 a Menggali dan mengembangkan seluruh potensi sumber daya manusia secara utuh dan proporsional 13 Adi Winanto, Pengurus SA 78 Garum, Wawancara, Blitar, 29 Januari 2017 14 Arsip Pondok PETA b Mempersiapkan generasi masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab c Memupuk semangat profesionalisme sesuai dengan bidang masing- masing d Menumbuhkan rasa memiliki terhadap kekayaan tradisi masyarakat serta semangat persaudaraan ukhuwah baru e Bersikap moderat, berdiri ditengah-tengah golongan, sebagai komitmen menjaga keseimbangan f Meningkatkan taraf hidup dan kehidupan masyarakat yang sejahtera; baik lahir maupun batin. Gambaran umum visi tersebut diatas diwujudkan dalam bentuk Koperasi Simpan Pinjam KSP PETA. 15 a Latar belakang pendirian KSP PETA 1 Adanya kebutuhan modal untuk mengembangkan potensi usaha kecil dan mikro jamaah kredit produktif 2 Adanya kebutuhan keuangan jamaah untuk memenuhi keberlangsungan dalam hidupnya kredit konsumtif 3 Adanya kebutuhan tempat menyimpanmenabung keuangan dari jamaah sebanyak berdarma yang tersebar di pulau Jawa, Sumatra dan Kalimantan 4 Adanya praktek rentenir atau lintah darat disekitarnya. b Visi dan Misi KSP PETA 15 Arsip Pondok PETA 1 Menjadikan KSP PETA sebagai rumah ekonomi jamaah Pondok Peta 2 Merupakan lembaga keuangan yang terpercaya, cerdas dan bersahabat dalam menumbuh kembangkan produktifitas anggota 3 Menjadi lembaga intermediasi yang menghimpun dana dari anggota, calon anggota dan menyalurkan kembali kepada anggota 4 Menjadi mitra lembaga donor, perbankkan dan pemerintah untuk pengembangan usaha mikro 5 Meningkatkan kesejahteraan umat dan anggota 6 Melakukan aktifitas ekonomi dengan budaya STAF ShidiqJujur, TablighKomunikatif, AmanahDipercaya, FatonahProfesional. c Manfaat KSP PETA 1 Menjadi perantara antara pemodalpenabung AghniyaInvestor dengan usaha kecil dan mikro yang ada di masyarakat 2 Mampu meningkatkan modal, artinya identik dengan upaya peningkatan taraf hidup masyarakat 3 Sebagai tempat berlatih managemen ekonomi di masyarakat 4 Menyalurkan dana untuk usaha bisnis kecil dan mikro dengan sifat mudah, murah dan bersih 5 Mampu menjadi penampungpenyimpan modal dari anggota dalam bentuk tabungan sehingga mempunyai nilai manfaat lebih d Legalitas KSP PETA KSP PETA berbadan Hukum No 1000BH VIII 2011, SIUP No 148 SISP NPWP e Produk – produk KSP PETA 1 Tabaruk Tabungan Barokah Umum 2 Taburi Tabungan Barokah Idul Fitri 3 Tahajud Tabungan Barokah Haji – Umroh Terwujud 4 Tahalul Tabungan Barokah Haul 2. Sultan Fattah Dalam tradisi pondok PETA, aurod Syadziliyah yang diserah terimakan kepada seseorang harus melalui proses ijazah dari seorang guru mursyid. Sedangkan proses serah terima aurod ini dapat diserahkan guru mursyid sendiri atau melalui orang yang diberi mandat oleh guru mursyid, selain orang yang telah diberi mandat oleh mursyid untuk memberi aurod maka tidak diperkenankan untuk memberikan aurod Syadziliyah atau aurod- aurod lain yang dikeluarkan pondok PETA kepada orang lain. Meskipun aurod-aurod tersebut diserahkan oleh orang kepercayaan mursyid atau yang lebih dikenal dengan ketua kelompok, namun hakikatnya yang menyerahkan aurod atau wirid adalah guru mursyid sendiri. Ketua kelompok atau orang kepercayaan mursyid selain bertindak memberikan aurod juga berperan sebagai wakil mursyid untuk memberi penjelasan kepada murid tarekat atau calon murid tarekat pondok PETA tentang program-program pondok PETA. Hal-hal yang perlu diterangkan oleh ketua kelompok antara lain mengenai amaliyah sehari-hari yang harus dilakukan bagi murid tarekat pondok PETA, niat, kaifiyah tatacara mengamalkan aurod serta riyadhoh atau puasanya, semua itu membutuhkan penjelasan dari ketua kelompok untuk menyeleraskan dari guru mursyid. Aurod-aurod dari pondok PETA harus diniatkan beribadah kepada Allah SWT, seraya memohon diberi ketetapan iman, terangnya hati, diberi keselamatan dunia akhirat dan diberi apa saja yang memberi keberkahan dan kemanfaatan untuk dunia akhirat, tidak doperbolehkan aurod-aurod pondok PETA diamalkan untuk mencari kesaktian serta kekayaan. Murid pondok PETA dianjurkan untuk selalu menjaga wudlu atau yang sering disebut dengan batal wudlu, maksudnya setiap murid pondok PETA apabila batal dari hadats kecil agar segera menjaga wudlu juga dianjurkan untuk membunyikan lafadz Allah dalam hatinya setiap waktu, kapan pun dan dimana hal tersebut menjadi latihan dasar murid pondok PETA dan sudah diajarkan sejak peridodenya KH. Mustaqim bin Husain pendiri pondok PETA. Orang yang ingin mengamalkan tarekat Syadziliyah tidak serta merta diberi ijazah aurod Syadziliyah, terlebih dahulu orang tersebut diharuskan untuk mengamalkan aurod-aurod atau hizib-hizib tersebut diamalkan dimaksudkan sebagai dasar dan pondasi untuk menuju wirid Syadziliyah atau aurod-aurod lain yang dari pondok PETA selalu diiringi dengan puasa riyadhoh. Puasa yang dilakukan untuk riyadhoh aurod Syadziliyah selama 41 hari dan sebaiknya dilakukan di asrama pondok PETA atau lebih dikenal dengan istilah suluk, namun apabila dirasa terlalu berat untuk dilaksanakan bagi murid maka bisa dilaksanakan dirumah. Bahkan untuk puasa riyadhoh tidak harus selama 41 hari secara terus menerus tetapi boleh secara berkala, yaitu dengan kelipatan 10 hari atau 20 hari, meskipun begitu tetap dianjurkan bagi murid untuk melaksanakan 11 hari atau 21 hari dilaksanakan di asrama pondok PETA. Pada waktu mengerjakan puasa riyadhoh selama itu pula murid wajib menyertainya dengan membaca aurod Syadziliyah selepas sholat mengerjakan puasa riyadhoh murid juga diharuskan untuk mengikuti baiat, proses baiat dilakukan sendiri oleh mursyid dan tidak dapat diwakilkan serta dilakukan satu persatu. 16 Berikut merupakan amaliyah murid tarekat PETA a Amalan harian, disesuaikan dengan amalan yang diberikan mursyid pada murid dan pelaksanaanya wajib sesuai perintah mursyid. b Amalan mingguan, biasa dilaksanakan pada malam Selasa dan malam Jumat khsusiyah dengan wirid Qadiriyah dan Syadziliyah. Pelaksanaannya meliputi pembacaan wirid dan shalat-shalat sunnah. Biasanya setelah shalat fardhu membaca wirid Qadiriyah, dilanjutkan shalat hajat, shalat taubat, shalat witir dan diakhiri dengan dzikir pembacaan wirid Syadziliyah. Amalan mingguan dilaksanakan di semua 16 Purnawan Buchori, Manaqib Sang Quthub Agung, Tulungagung Pondok PETA, 2007, h. 80 - 95 cabang yang telah tercatat dalam database pondok dan dipimpin oleh imam yang ditunjuk oleh mursyid. c Amalan bulanan atau lapanan yang dilaksanakan setiap malan Jumat kliwon. Pelaksanaannya diisi dengan amalan shalat-shalat sunat seperti shalat hajat 12 rakaat dengan 6 kali salam, shalat taubat 4 rakaat dengan 2 kali salam, shalat witir 3 rakaat dengan 2 kali salam, kemudian wirid fatihah 1 kali, syahadat 100 kali, takbir 100 kali, pembacaan hadiah fatihah, istighfar 100 kali, dan shalawat 100 kali. d Amalan tahunan yang dilaksanakan pada setiap awal bulan Muharram untuk memperingati wafatnya Syekh Mustaqim yang sekaligus dinyatakan sebagai hari berdirinya pondok Pesulukan Tarekat Agung PETA. Di pondok PETA menerapkan sebuah tahapan untuk para muridnya, jika ada seorang murid baru yang ingin menjadi berbaiat tarekat di Pondok PETA, maka terlebih dahulu seorang murid itu harus mengamalkan wirid Laqadjaa kepada orang yang ingin berbaiat tarekat sudah dimulai sejak jaman kiai Mustaqim, amalan Laqadjaa juga digunakan sebagai latihan sebelum mengikuti tarekat Syadziliyah dan dua tarekat lainnya. Peraturan pengamalan Laqadjaa yang dibuat oleh Kiai Mustaqim masih berlaku sampai saat ini yaitu masa kiai Charir Sholahuddin. Adapun ajaran dan amalan wirid Laqadjaa di pondok PETA Tulungagung pada masa Kiai Mustaqim adalah sebagai berikut a Mengamalkan bacaan Laqadjaa dan ayat kursi setiap selesai sholat lima waktu. b Setelah sholat isyak diharuskan melakukan sholat sunnah badiyah isyak, sholat sunnah witir dan sholat sunnah hajat. c Ditambah dengan melakukan suluk berpuasa selama 41 hari. d Mengamalkan hizib Kaafi. Pada masa Kiai Abdul Djalil amalan Laqadjaa masih tetap diterapkan kepada para murid dan murid baru yang ingin berbaiat di Pondok PETA. Namun terdapat sedikit perbedaan terhadap penerapan amalan Laqadjaa dimasa kiai Abdul Djalil dengan masa kiai Mustaqim, perbedaannya terletak pada penambahan amalan hizib, yang awalnya hanya pengamalkan hizib Kaafi maka dimasa kiai Abdul Djalil diganti dengan pengamalan hizib Asyfa’. Begitu pula dengan pengamalan suluk yang awalnya dilaksanakan selama 41 berturut-turut, dimasa Kiai Abdul Djalil suluk juga dilakukan selama 41 hari dan boleh tidak dilakukan secara berturut-turut. Setelah seorang murid bisa mengamalkan Laqadjaa dengan istiqomah, maka murid tersebut dapat mengikuti amalan tarekat Syadziliyah dan akan di baiat oleh Mursyid tarekat Syadziliyah di pondok PETA. Untuk murid-murid yang tidak menetap di Pondok PETA, apabila sudah istiqomah menjalankan amalan Laqadjaa sebagai syarat mengikuti baiat di Pondok PETA, maka murid tersebut akan diantarkan oleh ketua kelompok masing-masing untuk berbaiat tarekat Syadziliyah kepada mursyid. Tidak seperti hal nya di masa kiai Mustaqim yang menetapkan peraturan, dalam upaya memperoleh ijazah tarekat atau boleh berbaiat maka seseorang itu harus menetap di pondok atau suluk selama 40 hari berturut-turut di pondok PETA, untuk saat ini suluk atau tinggal di pondok PETA boleh bertahap, tahap pertama 20 hari, kemudian 10 hari dan selanjutnya 10 hari. Murid yang mengikuti kegiatan suluk tidak diperbolehkan untuk pergi dari lokasi pondok PETA, karena segala sesuatu yang dibutuhkan murid sudah disediakan secara lengkap oleh pengurus pondok mengapa seorang murid tidak diperkenankan untuk keluar dari area pondok, adalah untuk menghindari segala godaan terhadap sifat duniawi. Pelaksanaan dzikir tarekat Syadziliyah mulai dari masa kiai Mustaqim tidak pernah mengalami perubahan, karena dzikir tarekat Syadziliyah sendiri memang diamalkan sesuai dengan yang dibawa oleh kiai Mustaqim sejak awal, dan tidak akan dirubah. Ketertarikan masyarakat untuk menjadi murid tarekat di pondok PETA karena adanya kebutuhan ruhaniyah karena dengan mengikuti tarekat seseorang merasa lebih dekat dengan Allah, kalau sudah begitu ruhaniah orang tersebut akan merasakan ketenangan. Samapai sekarang pondok PETA terus menggalakakkan aurod ayat kursi dan laqadjaasetiap shalat fardlu untuk setiap murid baik yang sudah mengikuti baiat maupun yang ingin mengikuti sekarang calon murid pondok PETA tidak diperkenankan langsung mengikuti baiat, prosedur yang harus dilalui harus mendaftar kepada ketua kelompok dan harus mengamalkan aurod ayat kursi dan laqadjaa dalam waktu kurang lebih tiga bulan. 88 B IV ANALISIS DATA A. Pemberdayaan Pendidikan Berdasarkan paparan analisis data dan sinkronasi dengan kajian teori pandangan Jack Routhman. Yaitu Model pengembangan lokal masyarakatk bahwa perubahan dalam masyarakat dapat dilakukan dengan melibatkan partisipasi aktif yang luas disemua spektrum masyarakat tingkat lokal, baik dalam tahap penentuan tujuan maupun pelaksanaan tindakan perubahan. Pembagunan masyarakat adalah proses yang dirancang untuk menciptkan kondisi-kondisi sosial dan ekonomi yang lebih maju dan sehat bagi seluruh masyarakat melalui partisipasi aktif mereka, serta berdasarkan kepercayaan yang penuh terhadap prakasa mereka sendiri. 1 Pemberdayaan pendidikan yang dilakukan oleh pondok PETA paling tidak telah memenuhi pemberdayaan pendidikan dengan menggunakan model pengembangan lokal locality development model. Langkah tersebut dilakukan dengan melibatkan seluruh anggota untuk mengikuti pendidikan dengan melaksanakan kejar paket, baik kejar paket A, B C maupun dalam bentuk pelatiha-pelatihan. Dimana pengikut Tarekat Syadziliyah masih memiliki kendala apabila mengikuti pendidikan formal. Kendala tersebut adalah karena sebagian pengikut 1 Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung Humaniora Press, 2010, tarekat Syadziliyah di Blitar yang masih di usia sekolah hanya mengenyam pendidikan keagamaan di pondok pesantren atau madrasah. Dan ketikan ingin melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi memerlukan adanya bukti pengakuan ijazah. Peran pondok PETA adalah menjembatani hal tersebut dengan merencanakan program kejar paket A, B, maupun C. Dengan adanya kejar paket diharapkan pengikut Tarekat Syadziliyah dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dengan menambah wawasan-wawasan yang lebih luas. Program-program PKBM dari pusat belum sepenuhnya bisa terlaksana di Blitar hal tersebut dikarenakan PKBM baru berdiri di tahun 2016. Sudah berjalan di Blitar 2 kali, yaitu di kecamatan Wlingi dan Selopuro. Kejar paket A, B dan C belum belum bisa direalisasikan di PKBM Blitar karena terkendala jamaah yang ingin mengikuti kejar paket A, B dan C. 2 Untuk di Blitar masih dalam pengumpulan data, sebagaimana diungkapkan M. Suhaimi sekretaris Sultan Agung 78 Blitar, bahwa “Untuk program kejar paket A, B dan C ditingkat kabupaten Blitar masih belum bisa terlaksana, masih dalam proses pendataan bagi jamaah yang ingin mengikuti, kalau pendataan sudah selesai kami akan menjadikan satu diantara kelompok – kelompok yang ada di Blitar ” 3 Upaya pemberdayaan anggota jamaah pondok PETA Sultan Agung 78 mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM 2 Eko Admin Pondok PETA, Wawancara, Blitar, 1 Februari 2017 3 M. Suhaimi Sekretaris SA 78 Blitar, Wawancara, Blitar, 2 Februari 2017 dengan nama PKBM Sultan Agung, tujuan utama dari dibentuknya PKBM Sultan Agung adalah memberdayakan anggota jamaah pondok PETA dalam bidang pendidikan. Program-program dari PKBM Sultan Agung adalah 1. Kejar Paket A Kelolompok belajar atau kejar paket A adalah jalur pendidikan non formal yang setara dengan SD, mata pelajaran yang diajarkan adalah Bahasa Indonesia, PKN, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Kejar paket A di PKBM Sultan Agung belum berjalan dikarenakan belum ada peserta didik atau anggota jamaah yang mendaftar 2. Kejar Paket B Kelompok Belajar atau kejar paket B adalah jalur penidikan non formal yang setara dengan SMP, mata pelajaran yang diajarkan adalah Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial dan Bahasa Inggris. Syarat untuk mengikuti kejar paket B adalah memiliki ijazah setara dengan SD. Kejar paket B di PKBM Sultan Agung mulai berjalan di tahun 2016 dengan peserta didik sebanyak 5 orang. Proses pembelajaran kejar paket B dilaksanan pada hari Senin, Selasa dan Rabu pada pukul sampai 3. Kejar Paket C Prodi IPA dan IPS Kelompok Belajar atau kejar paket C adalah jalur pendidikan non formal yang setara dengan SMA, mata pelajaran yang diajarkan adalah Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, IPA atau IPS, Matematika dan Bahasa Inggris. Syarat untuk mengikuti kejar paket C adalah memiliki ijazah setara dengan paket C di PKBM Sultan Agung berjalan sejak tahun 2016 dengan peserta didik sebanyak 17 orang. Proses pembelajaran untuk kejar paket C pada hari Senin, Selasa dan Rabu pukul sampai dengan pukul 4. Taman Bacaan Masyarakat TBM Program taman bacaan masyarakat adalah perpustakaan dalam sekala kecil, buku-buku di TBM di peroleh dari sumbangan jamaah dari berbagai daerah, dalam proses pelaksanaanya taman bacaan masyarakat ini hanya dibuka setiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Tempat taman bacaan masyarakat pondok PETA berlokasi di belakang masjid agung Tulungagung. 5. Pelatihan Kecakapan Hidup PKH Program pelatihan kecakapan hidup yang sudah berjalan adalah keterampilan merajut, pelatihan keterampilan merajut sudah diadakan 5 kali dengana orientasi anggota jamaah perempuan. Tujuan dari pelatihan merajut ini adalah untuk memberdayakan anggota jamaah perempuan agar lebih dari pelatihan merajut bekerjasama dengan koperasi di Tulungagung dan Blitar untuk penjualanya. Dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang diadakan pondok PETA secara tidak langsung juga melaksanakan model perencanaan sosial Social Planning Model sebagaimana dirumuskan oleh Jack Routhman yaitu dengan menekankan proses pemecahan masalah secara teknis terhadap masalah sosial yang substantif. 4 Dengan mengadakan pelatihan-pelatihan dalam bidang pertanian yang diadakan pondok PETA dikabupaten Blitar untuk para petani hal tersebut dapat lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas panen mereka. Begitu pula dengan menjual benih padi organik dengan harga murah hal tersebut dapat menjadikan komunitas pertanian mereka lebih maju. Pemberdayaan pendidikan yang dilakukan oleh pondok PETA dengan kejar paket juga sesuai dengan pendekatan kemanusiaan humanistic approach yaitu pengikut tarekat Syadziliyah dipandang sebagai subjek pembangunan dan masyarakat diakui memiliki potensi untuk berkembang sedemikian rupa, ditumbuhkan agar mampu membangun dirinya. 5 Dan dengan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pondok PETA pengikut Tarekat Syadziliyah dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. 4 Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung Humaniora Press, 2010, h. 68 5 Nanang Sudjana, Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luar Sekolah Dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Bandung Falah Production, 2000, h. 23 Adapun kelemahan mengikuti kejar paket juga beragam antara lain, seseorang yang mengikuti kejar paket pada umumnya adalah pengikut Tarekat Syadziliyah yang umurnya tidak sesuai dengan umur sepadan mereka disekolah formal. Bisa jadi seseorang yang mengikuti kejar paket C umurnya sudah 35 tahun atau bahkan lebih hal tersebut tidak sesuai dengan anak sekolah formal yang masuk sekolah di usia 16 tahun atau 17 tahun. Sehingga dengan usia yang sudah agak berumur mereka akan canggung ketika melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Sekalipun tidak menutup kemungkinan bahwa mereka juga melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Fakta yang pernah terjadi dilapangan adalah ketika seseorang ingin kuliah dengan beasiswa madin maka seseorang harus punya ijazah kejar paket C. Diantara kelemahah yang lain dengan mengikuti kejar paket C seseorang akan mengalami kendala dalam memilih jurusan tertentu karena kurang memiliki dasar yang mumpuni. Seharusnya kejar paket tidak hanya digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan ijazah saja. Seharusnya orang yang menikuti kejar paket juaga dibekali dengan ilmu yang mumpuni dan juga sesuai dengan keterampilan yang dimiliki sehingga mereka bisa meningkatkan potensi yang dimiliki. Kegiatan pemberdayaan jamaah dalam bidang pendidikan juga melalui pengajian yang dilakukan setiap seminggu sekali untuk para anggota jamaah pondok PETA yang di bawakan oleh imam khususiyah, atau setiap satu bulan yang di bawakan oleh Drs. KH. Imron Jamil dari tersebut adalah kitab Hikam yang mengupas tentang tasawuf karangan dari Syekh Ibnu Athaillah as Sakandari dan terkadang kitab Minhajul Abidin karangan dari Imam Ghazali. Pengajian kitab Hikam ini masif dilakukan di setiap kelompok jamaah yang ada di Blitar dengan tujuan agar jamaah tidak hanya melakukan aurad-aurad atau wiridan saja tetapi agar mengerti tujuan jamaah meengikuti tarekat. Sebagaimana diungkapkan Khoirul Abidin anggota Jamaah pondok PETA dari Garum “Pengajian kitab Hikam di Kanigoro dillaksanakan setiap Selasa Wage yang dilaksanakan setelah khususiyah, yang dibawakan oleh KH. Imron Jamil dari Jombang, biasanya pak Imron setelah mengisi kitab Hikam di Selopuro kemudian ke Garum, kalau pak Imron tidak hadir biasanya diisi oleh imam khususiyah sendiri, pengajian kitab Hikam sudah berlangsung sangat lama. Jadi tidak hanya diisi oleh aurodan saja melainkan juga ada pengajianya sebagai penyegar ruhani ” 6 Kelompok jamaah pondok PETA di Blitar berjumlah 39 kelompok yang tersebar di wilayah Blitar, di setiap kelompok terdapat pengurus kelompok yang terdiri dari satu imam khususiyah, satu ketua kelompok dan 7 tenaga administrasi yang menangani program-program dari Sultan Agung 78. Melalui ketua kelompok program-program dari Sultan Agung 78 dapat tersampaikan, tugas utama dari ketua kelompok adalah mengkoordinir program-program dari pondok PETA bisa terlaksana. Imam khususiyah bertugas memimpin ritual jamaah setiap seminggu sekali yang dilakukan secara bersama-sama. Anggota jamaah pondok PETA selain melakukan wiridan bersama-sama seminggu sekali 6 Khoirul Abidin Jamaah Pondok PETA, Wawancara, Blitar, 26 Juli 2017 juga memiliki agenda selapan sekali yaitu kliwonan atau wiridan bersama seluruh jamaah pondok PETA di Tulungagung. 7 B. Pemberdayaan Ekonomi Dalam konteks kajian teori, terdapat empat strategi pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi yaitu the growth strategy yakni peningkatan perkapita penduduk dalam hal produktivitas, pertanian, permodalan dan kesempatan kerja yang dibarengai dengan konsumsi masyarakat. The walfare strategy, stategi ini menitik beratkan bahwa pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi harus sejalan dengan pemerintah. The responsitive strategy, titik berat dari teori ini adalah dalam hal teknologi yang kekinian adalah hal yang mudah dalam pemberdayaan masyarakat. The integrated strategy yaitu gabungan dari ketiga strategi diatas. 8 Pondok PETA dalam mengembangkan pemberdayaan ekonomi para pengikutnya adalah dengan menggunakan the integrated strategy langkah yang dilakukan pondok PETA antara lain dengan bibit padi organik dan untuk mendapatkan bibit tersebut kerjasama dengan Jaringan Petanian Organik JARPETO hal tersebut sesuai dengan the renponsitive strategy dan untuk distribusinya kerjasama dengan Asosiasi 7 Eko Admin Pondok PETA, Wawancara, Blitar, 1 Februari 2017 8 Tjahya Supriana, Strategi Pembangunan Dan Kemiskinan, Jakarta Reineka Cipta, 2001, h. 69 - 71 Pasar Tani Indonesia ASPARTAN hal tersebut seseuai dengan the growth strategy. Penanaman padi organik yang dilakukan pengikut Tarekat Syadziliiyah adalah program yang baru dan menarik mulai dari proses penanaman padi, pemberian pupuk dan sampai panen. Akan tetapi kurang masifnya pengurus dalam mensosialisaikan program tersebut terkesan kurang maksimal. Padahal kalau maksimal dan teroganisir dengan rapi hal tersebut dapat meningkatkan kesejahteraaan pengikut Tarekat Syadziliyah secara bersama. Yang menjadi kendala saat ini adalah kurangnya produksi yang dihasilkan dari pertanian padi organik ini. Banyaknya pengikut Tarekat Syadziliyah di Blitar adalah faktor yang sangat bagus dalam mengembangkan produksi padi organik ini. Salah satu upaya yang dilakukan pondok PETA dalam memberdaayakan perekonomian anggota jamaahnya adalah dengan membentuk Sultan Shafir Sultan Agung, yakni sebuah lembaga yang menangani pemberdayaan perekonomian anggota jamaah pondok PETA dengan jalan memaksimalkan potensi-potensi yang ada di setiap daerah anggota jamaah pondok PETA. Upaya-upaya pemberdayaan perekonomian yang dilakukan Sultan Shafir Sultan Agung dilakukan serentak di seluruh cabang pondok PETA diberbagai wilayah dan dilakukan secara masif serta bersamaan, hal tersebut dilakukan agar dapat saling membantu antar daerah semisal apabila di kelompok jamaah pondok PETA Jember memproduksi pupuk dan di kabupaten Blitar mengolah pertanian maka dapat membeli pupuk di kelompok jamaah pondok PETA Jember, dan begitu pula sebaliknya. Program kerja Sultan Shafir Sultan Agung 9 1. Menyelenggarakan seminar dan lokakarya dalam rangka meningkatkan potensi di setiap daerah untuk anggota jamaah di tingkat daerah maupun pusat 2. Memfasilitasi pemagangan dan pendampingan usaha untuk anggota jamaah 3. Mendirikan usaha di setiap wilayah atau kelompok jamaah 4. Melakukan pelatihan Sumber Daya Manusia SDM dengan muatan kewirausahaan untuk memfasilitasi pendirian dan pengembangan badan usaha di setiap kelompok jamaah 5. Menginventarisir dan mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki di setiap daerah 6. Melakukan pemetaan potensi ekonomi di setiap daerah 7. Mengembangkan sistem informasi ekonomi melalui database 8. Mendirikan pusat konsultasi bisnis dalam mengembangkan kewirausahaan 9. Membangun akses hubungan pada sumber-sumber permodalan dan pemasaran 10. Menyelenggarakan silaturrahim antar anggota jamaah yang bergerak dalam bidang kewirausahaan 9 Arsip Pondok PETA 11. Mensosialisasikan usaha dan produk antar kelompok atau daerah kepada anggota jamaah Program-program pemberdayaan ekonomi jamaah Sultan Shafir Sultan Agung yang selama ini sudah berjalan antara lain perikanan, peternakan, pertanian dan pembuatan pupuk organik. Dalam bidang pertanian Sultan Shafir Sultan Agung berkerjasama dengan Jaringan Petani Organik JARPETO untuk mendapatkan bibit-bibit pertanian yang berkualitas unggul dan juga bekerjasama dengan Asosiasi Pasar Tani ASPARTAN dalam hal pemasaran produk-produk hasil pertanian. Respon anggota jamaah pondok PETA tentang program perekonomian yang dicanangkan Sultan Shafir Sultan Agung sangat senang, hal tersebut dikarenakan program-program yang dibuat adalah pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang sudah setiap hari mereka tidak harus belajar sesuatu yang baru atau menekuni profesi yang baru, pekerjaan atau kegiatan mereka sehari-hari tinggal hanya tinggal dimaksimalkan. 10 Program-pogram pemberdayaan perekonomian yang sudah dibuat Sultan Shafir Sultan Agung bukan untuk membuat badan usaha baru di daerah atau kelompok jamaah, akan tetapi lebih memberdayakan dengan cara meningkatkan potensi yang sudah ada pada daerah tersebut. Seperti di daerah Blitar yang potensi pertanian padinya bagus dan setiap hari anggota jamaah bertani padi maka Sultan Shafir Sultan Agung 10 Eko Admin Pondok PETA, Wawancara, Tulungagung, 1 Februari 2017 mendorong anggota jamaah untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas panen padi bukan untuk mendorong anggota jamaah untuk bertani cabe rawit atau kacang panjang, begitu pula sebaliknya dengan daerah lain yang potensi daerahnya berbeda. Program-program Sultan Shafir Sultan Agung sudah mulai berkembang di daerah atau kelompok jamaah pondok PETA antara lain Trenggalek dengan pohon cengkeh, Jember dengan pengolahan pupuk organik, Blitar dengan padi, Banyuwangi dengan cabai merah. Pemberdayaan ekonomi yang sudah dijalankan di Blitar
TarekatAwam Dan Tarekat Khas. Dalam wancana Syadziliyah ada tahap dimana, para penempuh jalan Sufi melakukan melalui dua cara: Sanad atau Silsilah Tarekat Syattariyah. (Bagelan) kepada Kiai Mas Bagus Ahmadi (Kalangbret, Tulungagung), kepada Raden Margono (Kincang, Maospati), kepada Kiai Ageng Aliman (Pacitan), kepada Kiai Ageng
Khalidiyah. Tarekat-tarekat inilah antara lain yang banyak berkembang di Jawa. Dari beberapa penjelasan tentang definisi tarekat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa tarekat adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan tujuan untuk wushul sampai kepada-Nya. 2. Sejarah Tarekat Syadziliyah Nama pendirinya yaitu Abu Hasan Ali Asy-Syadzili, yang dalam sejarah keturunannya dihubungkan orang dengan keturunan dari Hasan anak Ali bin Thalib, dan dengan demikian juga keturunan dari Siti Fatimah anak perempuan dari Nabi Muhammad saw. Ia lahir di Amman, salah satu desa kecil, di Afrika, dekat desa Mensiyah, dimana hidup seorang wali sufi Abdul Abbas Al-Marsi, seorang yang tidak asing lagi namanya dalam dunia tasawuf, kedua desa itu terletak didaerah Maghribi. Syadzili lahir kira-kira dalam tahun 573 H. Orang yang pernah bertemu dengan dia menerangkan, bahwa Syadzili mempunyai perawakan badan yang menarik, bentuk muka yang menunjukkan keimanan dan keikhlasan, warna kulitnya yang sedang serta badannya agak panjang dengan bentuk mukanya yang agak memanjang pula, jari-jari langsing seakan- akan jari-jari orang Hijaz. Menurut Ibn Sibagh bentuk badannya itu menunjukkan bentuk seorang yang penuh dengan rahasia-rahasia hidup. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Abul’Aza’im, ringan lidahnya, enak didengar ucapan-ucapannya, sehingga kalau ia berbicara, pembicaraannya itu mempunyai pengertian yang dalam. 28 28 Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat. Jakarta CV. Ramadhani, 1986, hal. 305 Syaikh Abu al-Hasan al-Syadzili adalah salah satu tokoh sufi abad ke tujuh Hiriyah yang menempuh jalur tasawuf searah dengan al-Ghazali, yakni suatu tasawuf yang berlandaskan kepada al- Qur’an dan al-Sunnah, mengarah pada asketisisme, pelurusan jiwa dan pembinaan moral. Menurut al-Syadzili, zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia, karena pada dasarnya zuhud adalah mengosongkan hati dari selain Tuhan al-Syadzili sehingga tidak ada larangan bagi seorang salik untuk menjadi konglomerat, asalkan hatinya tidak tergantung pada harta yang dimilikinya. Sejalan dengan itu pula, bahwa seorang salik tidak harus memakai baju lusuh yang tidak berharga, yang akhirnya hanya akan menjatuhkan martabatnya. Walaupun al-Syadzili sebagai mursyid guru tarekat tarekat, diceritakan bahwa beliau adalah orang yang kaya raya secara aterial, tetapi tidak terbesit sedikitpun keinginan didalam hatinya terhadap harta dunia. 29 Syadzili termasuk salah seorang sufi yang luar biasa, seorang tokoh sufi terbesar, yang dipuja dan dipuji di antaranya oleh wali-wali kebatinan dalam kitab-kitabnya, baik karena kepribadiannya maupun karena fikiran dan ajaran- ajarannya. Hampir tidak ada kitab tasawuf yang tidak menyebutkan namanya dan mempergunakan ucapan-ucapan yang penuh dengan rahasia dan hikmah untuk mengutarakan sesuatu uraian atau pendirian. Tarekat Syadziliyah memulai keberadaannya di bawah salah satu dinasti al-Muwahhidun, yakni Hafsiyyah di Tunisia. Tarekat ini kemudian berkembang dan tumbuh subur di Mesir dan Timur dekat di bawah kekuasaan 29 M. Saifuddin Zuhri, Tarekat Syadziliyah Dalam Perspektif Perilaku Perubahan Sosial. Yogyakarta Teras, 2011, hal. 6 dinasti Mamluk. Dalam hal ini yang menarik, sebagaimana dicatat oleh Victor Danner dalam Sri Mulyati 30 , bahwa meskipun tarekat ini berkembang pesat di daerah Timur Mesir, namun awal perkembangannya adalah dari Barat Tunisia. Dengan demikian, peran daerah Maghrib dalam kehidupan spiritual tidak sedikit. 31 Sepeninggal al-Syadzili, kepemimpinan tarekat ini diteruskan oleh Abu al- Abbas al-Mursi yang ditunjuk langsung olehal-Syadzili. Nama lengkapnya adalah Ahmad ibn Ali al-Anshari al-Mursi, terlahir di Murcia, spanyol pada 616H-1219M, dan meninggal pada 686H1287M di Alexandria. Di kota kelahirannya itu, juga lahir sufi dan ulama terkenal Ibn al- Arabi dan Ibn Sab’in yang terakhir ini dilahirkan hanya beberapa tahun sebelum al-Mursi. Al- Mursi termasuk murid yang memiliki kualitas spiritual paling tinggi dibandingkan ikhwan-ikhwan yang lainnya. 32 Dari beberapa uraian diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa tarekat Syadziliyah merupakan suatu aliran dalam tarekat yang didirikan oleh Syeikh Abu Hasan Al Asy-Syadzili. Beliau merupakan salah satu tokoh sufi pada abad ke tujuh Hijriyah yang menempuh jalur tasawuf searah dengan al- Ghazali, yakni suatu tasawuf yang berlandaskan pada al- Qur’an dan as-Sunnah dimana mengarah pada asketisisme, pelurusan jiwa, dan pembinaan moral. Tarekat Syadziliyah memulai keberadaannya di bawah salah satu dinasti al- 30 Sri Mulyati. Mengenal Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah Di Indonesia . Jakarta Prenada Media, 2004, hal. 65 31 Ibid ., hal. 65 32 Ibid ., hal. 67 Muwahhidun, yakni Hafsiyyah di Tunisia kemudian tumbuh subur di Mesir dan Timur dekat kekuasaan dinasti Mamluk. 3. Silsilah dalam tarekat Syadziliyah
Silsilahdalam tarekat Syadziliah Syadziliyah adalah salah satu tarekat yang diakui kebenarannya (al- Mu'tabarah), karena silsilah Abu Hasan al Syadzili adalah bersambung (muttasil) sampai Rasullulah SAW. Silsilahnya adalah: a) Quthbul Muhaqqiqin Sultanul Auliya' Syaikh Sayyid Abul Hasan al Syadzili dari TarekatSyadziliyah di Pondok PETA Tulungagung. Pondok yang dikenal dengan nama pondok PETA (Pesulukan Thoriqot Agung) itu merupakan sebuah pondok pesulukan (zawiyah) yang dirintis oleh Hadratusy Syaikh Al-Mukarom Romo K.H Mustaqim bin Muhammad Husain. Rantai silsilah tarekat ini mulai dari Syaikh Sholchuddin bin Abdul Djalil sampai kepada duluaku berfikir bahwa tarekat sufi adalah sebuah golongan atau sekte dengan banyak golongan, karena memang banyak sekali tarekat sufi, akan tetapi padahal semua itu satu, sedang banyak itu hanya nisbat kepada pendirinya jadi sanad mata rantainya shohih, contoh saja ada badawiyah, Syeikh Ahmad Al Badawy murid Syeikh Abdul Qadir al syeikh Abdul Qodir al Jaelani sendiri

KeduaKejadian manusia yang dikenal dengan a'yan kharijiyyah dan a'yan tsabitah. Ketiga; Akhlak, Takhalli, tahalli dan Tajalli. Bahagian ketiga, jalan kepada Tuhan (Tarekat). Dalam hal ini Tarekat Syaththariyah menekankan pada rekonsiliasi syari'at dan tasawuf, yaitu memadukan tauhid dan zikir.

KitabSuluk RUMEKSO ING NAPAS Disusun oleh Muhammad Agung Priyokusumo Arif Muzayin Shofwan Dikeluarkan oleh "KOM TarekatAs-syadziliyah memulai keberadaannya di bawah salah satu dinasti Muwahhidun yakni Hafsiyah di Tunisia abBnw.
  • ksp9ob6jbb.pages.dev/483
  • ksp9ob6jbb.pages.dev/202
  • ksp9ob6jbb.pages.dev/80
  • ksp9ob6jbb.pages.dev/397
  • ksp9ob6jbb.pages.dev/223
  • ksp9ob6jbb.pages.dev/311
  • ksp9ob6jbb.pages.dev/287
  • ksp9ob6jbb.pages.dev/29
  • silsilah tarekat syadziliyah tulungagung